Jika parenting dianalogikan sebagai sebuah keterampilan, maka belajar adalah cara meningkatkan kemampuan-nya. Dan salah satu cara belajar melalui mendatangi majelis ilmu, seperti seminar parenting, workshop atau kelas intensif. Yang bertujuan meningkatkan pemahaman dan merefresh ilmu parenting yang pernah diketahui.
Alhamdulillah beberapa waktu lalu, bisa mengikuti seminar parenting yang diselenggarakan oleh komite sekolah. Seminar parenting tersebut mengangkat tema tentang Pentingnya kesehatan mental dalam pengasuhan anak dengan pemateri seminar tersebut adalah Ibu Intan Erlita, M.Psi (Psikolog). Beliau merupakan founder dari titik putih.
Seminar tersebut mengangkat tema yang sekarang menjadi keresahan bersama yaitu tentang kesehatan mental. Terutama kesehatan mental sebagai orang tua. Tak sedikit kita mendengar berita tentang bagaimana terjadinya kekerasan dari orang tua kepada anak, suami ke istri atau kejadian lainnya yang disebabkan adanya penurunan kesehatan mental seperti depresi.
Kenapa kesehatan mental itu penting
Orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan fisik dan mental anak. Layaknya ibu sebagai jantung keluarga (fufuelmart). Yang jika jantung itu sakit, maka kondisi tubuh tidak akan baik-baik saja.
Begitulah peran orang tua terutama ibu dalam kehidupan anak, karena perannya melibatkan berbagai aspek yang mencakup perkembangan fisik, emosional, sosial dan akademis.
Lalu bagaimana jika kesehatan mental orang tua terganggu ?
Hal ini akan berefek kepada anak, efek jangka panjang akan mempengaruhi anak dalam perkembangan fisik, emosional, sosial dan akademisnya.
Jika kesehatan mental terganggu dapat menyebabkan interaksi antara orang tua dan anak pun terganggu. Pola komunikasi dan cara menunjukan bahasa kasih pun mungkin tidak dapat dirasakan satu sama lain.
Sehingga anak merasa bahwa kebutuhannya tak terpenuhi yang akan berdampak pada faktor fisik, emosional dan sosialnya.
Bagaimana sebaiknya menjaga kesehatan mental
Stop membandingkan pola asuh kita dengan orang lain merupakan suatu kunci menjaga kesehatan mental. Penting bagi kita sebagai orang tua menyadari bahwa setiap keluarga itu berbeda, memiliki versinya masing-masing yang sudah sesuai dengan kadarnya.
Dengan membandingkan, akan selalu muncul perasaan tidak puas dalam diri dan ini menambahkan tekanan ke dalam mental diri orang tua. Karena seyogyanya pengasuhan adalah tentang bagaimana memberikan kasih sayang yang tulus ikhlas, apa adanya, bukan beban apalagi perlombaan.
Suka membandingkan pun dapat membangkitkan rasa insecure dan rendah diri. Yang pada akhirnya menimbulkan stress dan meningkatkan kecemasan. Hal ini yang dapat menjadi sebab musabab terganggunya kesehatan mental orang tua.
Tips mengelola kesehatan mental dengan baik
1. Berdoa (mendekatkan diri kepada Allah)
Ujung tombak dari segala usaha adalah doa. Doa pengiring usaha. Untuk dapat menjaga kesehatan mental dengan baik, hendaklah kita banyak berdoa kepada sang pemiliki hati.
Dengan banyak mendekatkan diri kepada Allah, maka saat diberikan ujian, diri ini yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi itu yang terbaik. Sehingga kita dapat menerima takdir dengan baik.
Pemahaman akan konsep takdir ini akan membuat kita lebih ridha terhadap apa-apa yang sudah dituliskan untuk kita.
2. Buat prioritas dan atur waktu
Mencegah lebih baik dari mengobati, mungkin gambaran ini yang tepat dalam mengelola kesehatan mental. Karena cikal bakal dari beberapa gangguan kesehatan mental seperti marah-marah, mengeluh ada pada kurang baiknya kita mengelola waktu dan prioritas.
Waktu dan fokus yang kita miliki itu terbatas, sehingga memerlukan prioritas dan pengaturan waktu. Agar segala proses dapat terlaksana dengan baik dan tidak menumpuk. Contohnya seperti kita menunda menyetrika, maka pakaian tersebut akan berkembang biak dan meningkatkan beban pekerjaan yang semakin berat.
Yang tidak dapat dipisahkan dari mengelola waktu dan prioritas adalah kesadaran diri. Sadar kita memilki tanggung jawab dan disiplin dalam pemenuhan agenda.
3. Bangun support system
Orang tua sebagai suatu sistem, butuh saling menguatkan satu sama lain. Butuh saling mengisi agar tidak ada yang merasa lebih berjasa dari yang lainnya, sehingga tidak ada istilah ada pihak yang merasa diperlakukan tidak adil.
Ayah ibu sebagai satu team yang saling melengkapi. Dengan kehadiran satu sama lain, meningkatkan perasaan yakin dan interaksi positif yang dapat berimplikasi pada pengasuhan.
4. Realistis dan Fleksibel
Sebagai orang tua kita membutuhkan sikap realistis terhadap kondisi anak kita. Dimana kita harus belajar mengenal kelebihan dan kekurangan anak. Dengan demikian kita akan lebih fleksibel dalam mengarahkan anak berdasarkan kemampuan dan bakatnya.
Orang tua yang realistis akan berusaha mendukung anak menjadi versi terbaiknya.
5. Me Time
Pentingnya merawat diri dengan me time. Ibu merupakan manusia biasa yang dapat jenuh bosan, membutuhkan waktu untuk dirinya. Oleh karena itu me time perlu dilakukan agar dapat menetralkan sampah-sampah emosi.
Me time juga menjadi cara merawat mental diri dari beban fisik.
6. Belajar
Belajar agar kita lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai hal. Segala sesuatu tidak ada yang instan, begitupun pola pengasuhan.
Kita perlu belajar untuk tau ilmunya dengan demikian kita dapat memahami perilaku atau ekspresi yang diberikan oleh anak.
Dengan belajar kita akan lebih berempati terhadap yang dirasakan anak. Begitupun dengan bagaimana cara kita mengkomunikasikan nilai-nilai kehidupan lainnya.
Post a Comment
Post a Comment